Skip to main content

PANCASILA Ilham Ilahi

PANCASILA Ilham Ilahi

Si Bung merenung...
Di Pulau Flores yang sepi, tanpa kawan tuk’ tukar pikiran.
Habiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah  pohon sukun berbatang 5 di halaman rumah pengasinganmu.
Merenungkan ilham yang diturunkan oleh Yang Maha Esa tuk’ menyatukan Nusantara dalam satu dasar negara.
Bung gali jauh ke dalam buminya rakyat Indonesia, kalbunya bangsa Indonesia hingga  tradisi-tradisi Nusantara tuk’ turut mewarnainya.
Kau temukan lima butir mutiara yang Indah…
Itulah PANCASILA.

1 Juni 1945 pada rapat BPUPKI.
Bung lontarkan gagasan tersebut.
Dikau berujar PANCASILA ini adalah ilham daripada Allah SWT kepadamu.
Bung merasa bukan bung yang mencipta.
Hanya perkenan kuasaNya tuk’ bung semaikan.
5 butir mutiara yang bung dapatkan itu  adalah…..

Dirikan suatu negara berkebangsaan “semua buat semua” satu buat semua, semua buat satu!

Para pendiri bangsa-bangsa merdeka; Sun Yat Sen dan Gandhi pun turut sadarkanmu akan bangsa yang berperikemanusiaan. Karena perikemanusiaan takkan hidup subur, tanpa berakar dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme takkan subur, tanpa hidup dalam taman sarinya perikemanusiaan.

Dalam hati Islamnya Bung ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan mufakat  perbaiki segala hal, juga keselamatan bagi semua agama. Menurutmu Allah subhanahu wa ta’ala memberi pikiran pada kita agar  dalam pergaulan sehari-hari kita selalu bergosok, seakan-akan menumbuk bersihkan gabah,  keluar daripadanya beras dan beras itu akan menjadi nasi Indonesia yang sebaik-baiknya.

Kau nyatakan permusyawaratan yang memberi hidup yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial!

Kaupun ingin Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsipmu semuanya berTuhan. Hendaknyalah negara Indonesia, negara yang tiap-tiap manusianya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. BerTuhan secara kebudayaan, tiada “egoisme agama” dan berkeadaban. Saling hormat-menghormati satu sama lain ,Negara Indonesia yang satu negara yang berTuhan!

Jika ini semua terjadi niscaya hatimupun  berpesta raya.

Pada akhir bagian engkau berkata…
 S’moga dalam Indonesia Merdeka ini menjadi bangsa yang bersatu-padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam PANCASILA.

9 orang penyempurna gagasanmu menjadikan Pancasila yang kita hayati hingga saat ini.
Bila Bung tahu Pancasila yang lahir dari bumi pertiwi, sungguh bertahan hingga saat ini.
72 tahun bersama rakyatmu menghadang gempuran dan gejolak, melewati masa yang penuh tantangan.
Karena Pancasila terlahir dijiwai oleh jiwa bangsa Indonesia.

Akupun merenung..
Sungguh mulia peninggalanmu dan para pendiri bangsaku ini dalam menenun rasa kebangsaan kita.
Terima kasih kuhaturkan dalam lubuk hati yang terdalam. MERDEKA!!


Tulisan PENAkol tuk’ hari Lahirnya PANCASILA.

Comments

Popular posts from this blog

Kita adalah Habitat kita

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak, atau dengan kata lain, lingkungan—lingkungan fisik—di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Alam mengajarkan bahwa banyak hewan yang melakukan adaptasi untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya atau mungkin ada pembentukan oleh pemilik seperti yang dilakukan pada hewan peliharaan. Manusia adalah makhluk yang tidur di waktu malam, dan beraktivitas di waktu siang. Namun apa yang terjadi ketika manusia ingin memelihara binatang yang beraktivitas di waktu yang berlawanan atau nocturnal ? Ternyata yang dilakukan adalah merubah kebiasaan hidup hewan nocturnal tersebut agar bisa sama seperti siklus aktivitas pemiliknya. Demikian juga dengan kebudayaan, saat seseorang masuk ke lingkungan baru, ia melakukan adaptasi dengan lingkungan tersebut namun dengan motivasi agar bisa diterima . Manusia terbagi menjadi 4 tipe : tukang camping, tukang panjat, tu

Mengenang Masa Lalu

Belakangan ini, saya menjadi sedikit "cengeng". Dunia yang tadinya begitu indah, sejuk, aman, menyenangkan, dalam sekejap menjadi riuh rendah, berisik dengan kekerasan, bahkan dalam keheningan pun, kekerasan itu masih terasa. Mungkin ini cara saya melarikan diri, nostalgia ke masa lalu. Masa di mana, keberbedaan diterima sebagai bagian berwarna indah dalam satu lukisan dan keindahan dalam lagu yang enak didengar. Bayangkan jika, sebuah lukisan hanya satu warna; bahkan lukisan monokrom, pun minimal 2 warna.. Sebuah lagu semua notnya berada di satu nada... Ketukannya sama.... Membayangkannya saja sudah stress... Sang Pencipta kita sangat kreatif, dari satu jenis makhluk bisa dibuat demikian banyak perbedaan, tidak ada yang sama 100%. Bahkan binatang dan pohon pun jika kita perhatikan semuanya berbeda satu sama lain. Bagi saya, ini menunjukkan bahwa Sang Pencipta sangat menyukai keberagaman. Jika tidak, untuk apa Ia menciptakan suku bangsa begitu banyak, yang men

Matoa di Tanah Jawa

Udara tak pernah selemah itu. Setiap tarikan dan hembusan seakan tanpa gesek, memberikan dimensi luang pada setiap molekul untuk menjauh. Bukan karena udaranya aku pengap, tapi akibat berita di TV aku seakan terjebak. Berita si pemimpin tak punya hati yang bikin emosi. Ditambah bau dahak yang menguar di udara. Bikin muak! "Ko pu maitua cantik sekali (isterimu cantik sekali)," suara lirih itu baru kudengar seharian ini.  Aku mangkir, menoleh pun tidak. Perempuan yang kini tergolek di atas dipan tidak kukenal. Bahkan kami tak pernah jumpa di acara pernikahan. Hanya Theo yang datang waktu itu, disaksikan seorang pendeta, dicatatkan di dinas kependudukan. Toh aturan di Indonesia tak pernah melarang pria berusia 29 tahun untuk menikah dengan wanita pilihannya.  "Tidur sudah, Mace. Jang terlalu banyak tahan mata!" Itu suamiku. Lelaki asli papua yang membuatku jatuh cinta dengan gelap kulitnya yang kontras dengan putih hatinya. Dia tak pernah marah, juga bukan tipe laki-la